Peti mati adalah wadah yang digunakan untuk menyimpan jasad seseorang yang telah meninggal sebelum dimakamkan atau dikremasi. Selain berfungsi praktis untuk menjaga jasad dari kerusakan lebih lanjut, peti mati juga memiliki makna simbolis yang mendalam di berbagai budaya.
Sejarah peti mati sudah ada sejak zaman kuno, dengan bentuk, bahan, dan desain yang bervariasi tergantung pada budaya dan peradaban. Misalnya, di Mesir kuno, peti mati dikenal sebagai “sarkofagus” dan sering kali dibuat dari batu serta dihiasi dengan ukiran yang menggambarkan kehidupan setelah mati. Di Eropa pada abad pertengahan, peti mati biasanya terbuat dari kayu dengan bentuk sederhana, tetapi sering dihias dengan lambang keluarga bagi kaum bangsawan. Di berbagai belahan dunia, penggunaan peti mati berkembang mengikuti keyakinan spiritual dan teknologi yang tersedia. Saat ini, peti mati bisa terbuat dari bahan kayu, logam, atau bahkan bahan ramah lingkungan seperti karton yang dapat terurai secara alami.
Peti mati sering kali dianggap sebagai simbol transisi antara dunia hidup dan mati. Dalam banyak budaya, peti mati dihias atau disiapkan dengan cara yang mencerminkan kepercayaan tentang perjalanan jiwa setelah kematian. Di budaya Tionghoa, misalnya, ada keyakinan bahwa peti mati harus dibuat dan diletakkan dengan hati-hati agar roh almarhum dapat beristirahat dengan damai. Dalam budaya Barat modern, peti mati cenderung lebih dilihat sebagai bagian dari proses penghormatan terakhir untuk orang yang meninggal.
Peti mati juga sering muncul dalam budaya populer sebagai simbol kematian, misteri, atau horor. Dalam film-film horor dan cerita gotik, peti mati sering dihubungkan dengan vampir atau makhluk supranatural. Misalnya, dalam cerita vampir, peti mati digunakan sebagai tempat di mana vampir beristirahat di siang hari, menambah aura kegelapan dan kekuatan supernatural.
Desain peti mati bervariasi berdasarkan keyakinan, tradisi, dan preferensi pribadi. Di Indonesia sendiri, peti mati sering kali berbentuk sederhana dan terbuat dari kayu. Namun, pada beberapa upacara pemakaman adat, seperti di Toraja, peti mati dapat memiliki bentuk dan ukiran yang sangat unik serta berwarna-warni, mencerminkan status sosial dan kehidupan orang yang telah meninggal. Selain peti mati konvensional, beberapa budaya juga menggunakan peti mati khusus, seperti di Ghana, di mana peti mati dibuat sesuai dengan minat atau profesi orang yang meninggal, seperti peti mati berbentuk pesawat, mobil, atau ikan bagi nelayan.
Dalam beberapa dekade terakhir, ada peningkatan minat terhadap pemakaman ramah lingkungan. Banyak orang mulai beralih ke peti mati yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah terurai, seperti bambu, rotan, atau karton daur ulang, sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas untuk mengurangi dampak lingkungan dari upacara pemakaman.
Peti mati tidak hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi mereka yang telah meninggal, tetapi juga mencerminkan keyakinan, budaya, dan simbolisme yang beragam di seluruh dunia.